saya ingin membantu kalian dengan hasil makalah ini, semoga bermanfaat bagi kalian semua sahabat blogger ^_^
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karenaberkat ridho dan karunia
– Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan lancar dan tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu hesti selaku guru pembimbing kami. Di dalam
karya ilmiah ini kami menyajikan laporan daripercobaan kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku. Saya melakukan percobaan dengan menggunakan garam dan air,.Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan teman – temanyang
membacanya. Walau demikian kami menyadari kekurangan darimakalah ini seperti
ada tertulis pada pepatah, “Tak ada gading yang takretak”. Kami mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangunkarya ilmiah kami. Terima kasih dan
selamat membaca
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya zat terlarut yang nonvolatile(tidak mudah menguap) menyebabkan penurunan tekanan uap
pada suatu larutan. Karena tekanan uap larutan selalu lebih rendan daripada
tekanan uap pelarut murni pada suhu berapapun, maka garis beku (perbatasan fase
padat-cair) dan garis didih (perbatasan fase cair-gas) untuk larutan berada dibawah
garis beku/ didih pelarut. Sebagai konsekuensinya, pada tekanan yang sama titik
didih larutan menjadi lebih tinggi daripada titik didih pelarut dan titik beku
larutan menjadi lebih rendah daripada titik beku pelarut.
1.2 Tujuan
Mengetahui
faktor-faktor penyebab kenaikan titik didih dan penurunan titik beku pada
larutan elektrolit dan non-elektrolit
BAB II
LANDASAN TEORI
Titik didih merupakan satu sifat
yang dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara
molekul dalam cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah.
Karena adanya zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan harus
dinaikkan agar dapat mendidih. Dengan demikian, titik didih larutan akan lebih
tinggi daripada titik didih pelarut murni.
Begitu juga dengan penurunan titik
beku. Gejala penurunan titik beku analog dengan kenaikan titik didih. Adanya
penurunan tekanan uap larutan menggeser garis beku ke kiri, sehingga titik beku
larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu/Tanggal :
Pukul 12.30 – 06.00 WIB / 5-6 September 2013
Tempat :
Rumah saya
Alat dan
Bahan Praktikum
Ø
Alat
·
botol aqua bekas 2 buah berukuran
sama
·
Panci 2 buah berukuran sama
Ø
Bahan
·
Garam
·
5.
Air
Cara kerja penurunan titik beku
1. Pertama-tama
siapkan aqua bekas dan bersihkan
2. Masukkan
air kedalam 2 botol itu
3. Kemudian
beri nama sampel A dan sempel B
4. Sempel
A beri garam sedangkan sampel B tak di beri garam
5. Kemudian
masukkan kedua sampel kedalam frezer
6. Amatilah
setiap 5 jam sekali apakasah sudah membeku apa belum
Cara
kerja kenaikan titik didih
1. Siapkan
panci 2 buah
2. Masukkan
air ke dalam kedua panci secukupnya
3. Beri
sampel A dan B pada kedua panci tersebut
4. Masukkan
garam kesalah satu panci kalau saya masukkan garam ke sampel A
5. Amatilah
mana sampel yang terlebih dahulu matang
BAB 4
HASIL
PENGAMATAN
Penurunan titik beku
Lama
waktu
|
Sampel
A+ Garam
|
Sampel
B
|
1-5
jam
|
|
|
5-10
jam
|
|
|
10-15
jam
|
|
|
15-19
jam
|
|
|
Kenaikan titik didih
Lama
waktu
|
Sampel
A+ Garam
|
Sampel
B
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB 5
PEMBAHASAN
Faktor Titik Didih
Hasil eksperimen menunjukan bahwa
Kenaikan titik didih larutan akan
semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin besar. Titik didih larutan
akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Hal ini juga diikuti dengan penurunan titik beku pelarut murni, atau titik beku larutan lebih kecil
dibandingkan titik beku pelarutnya. Roult menyederhanakan
ke dalam persamaan
Tb = kb . m
Tb = kenaikan titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih
molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1
mol zat dalam 1000 gram pelarut)
m = molal larutan (mol/100 gram
pelarut)
Perubahan titik didih atau ΔTb
merupakan selisih dari titik didih larutan
dengan titik didih pelarutnya,
seperti persamaan :
ΔTb = Tb – Tbº
Hal yang berpengaruh pada kenaikan
titik didih adalah harga kb dari zat
pelarut. Kenaikan tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol terlarut
khususnya yang terkait dengan proses
ionisasinya. Untuk zat terlarut yang bersifat
elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didik harus dikalikan dengan
faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :
Dimana,
n = jumlah ion-ion dalam larutan
α = derajat ionisasi
Penurunan titik beku
Garam memiliki titik beku yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan pelarut murni “air”. Apabila ke dalam air kita
larutkan garam dan kemudian suhunya diturunkan sedikit demi sedikit, maka
dengan berjalannya waktu larutan tersebut secara perlahan akan berubah menjadi
fasa padat hingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara
keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair
dibandingkan fasa padat, akibatnya saat proses pendinginan berlangsung, larutan
akan mempertahankan fasanya dalam keadaan cair. Hal ini menyebabkan potensial
kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah sedangkan potensial kimia
pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Inilah sebab mengapa adanya zat
terlarut akan menurunkan titik beku larutannya.
Untuk jumlah konsentrasi sebuah
larutan terhadap titik beku dan titik didih, semakin besar konsentrasi zat
tersebut akan mengakibatkan semakin tingginya titik didih larutan dan semakin
tingginya penurunan titik bekunya.
BAB 6
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Garam bila
di bekukan akan lebih lama dari pada air saja
Ø Garam bila
dipanaskan akan lebih lama bila di bandingkan air saja
Ø
Konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku
Daftar pustaka
Ø
Buku kimia SMA kelas XII jurusan
IPA